Minggu, 22 Mei 2016

15 Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo, Gambar, Dan Keterangannya

Kesultanan Makassar atau biasa disebut Kerajaan Gowa Tallo yaitu kerajaan bercorak Islam yang berdiri pada awal era ke 16 Masehi di Sulawesi Selatan. Kerajaan ini terdiri awalnya terdiri atas beberapa kerajaan kecil yang terus bertikai. Dua kerajaan yang paling dominan, yakni Kerajaan Gowa dan Tallo mempersatukan mereka menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan Gowa Tallo selama berdiri telah meninggalkan beberapa benda bersejarah. Berikut ini akan kami jelaskan beberapa peninggalan Kerajaan Gowa Tallo tersebut lengkap dengan gambarnya.

Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

Beberapa peninggalan Kerajaan Gowa Tallo di antaranya yaitu Benteng Rotterdam (Benteng Ujung Pandang), Batu Pallantikang, Masjid Katangka, Kompleks Makam Katangka, serta Makam Syekh Yusuf.

Kesultanan Makassar atau biasa disebut Kerajaan Gowa Tallo yaitu kerajaan bercorak Islam  15 Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo, Gambar, dan Keterangannya

1. Benteng Ford Ratterdam

Benteng Fort Rotterdam yaitu sebuah bangunan benteng peninggalan masa kejayaan kerajaan Gowa Tallo yang terletak di pesisir barat pantai kota Makassar. Benteng ini dibangun oleh raja Gowa ke-9, yakni I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' Kallonna pada tahun 1545. Karena awalnya berbahan tanah liat, Raja Gowa ke-14, yakni Sultan Alauddin lalu memugar bangunan benteng dengan materi kerikil padas yang diperoleh dari pegunungan Karst di Maros.

Orang Makassar menyebut benteng Fort Rotterdam dengan sebutan benteng panyyua atau benteng penyu. Pasalnya, bila dilihat dari atas, benteng ini mempunyai bentuk menyerupai penyu. Bentuk ini mempunyai filosofi bahwa Kerajaan Gowa Tallo yaitu kerajaan yang berjaya di bahari dan daratan, sama menyerupai penyu yang hidup di dua alam.

Pada masa silam, benteng Fort Rotterdam menjadi markas pasukan katak kerajaan. selain itu, ia juga berfungsi sebagai sentra pertahanan kerajaan Gowa-Tallo dari serangan laut. Pada masa kepemimpinan Cornelis Speelman atas distrik Sulawesi benteng ini pernah beralih fungsi menjadi daerah penyimpanan rempah-rempah dari seluruh wilayah di Indonesia Timur. Selain itu, nama benteng yang bersama-sama yaitu benteng Ujung Pandang, olehnya lalu diubah pula menjadi Benteng Rotterdam untuk mengenang tanah kelahirannya di kota Rotterdam, Belanda.

2. Batu Pallantikang

Batu pallantikang atau kerikil peresmian yaitu sebuah kerikil andesit yang diapit kerikil kapur. Batu peninggalan Kerajaan Gowa Tallo ini dipercaya mempunyai tuah alasannya yaitu dianggap sebagai kerikil dari khayangan. Karena anggapan tersebut, sesuai namanya kerikil ini dipakai sebagai daerah pengambilan sumpah atas setiap raja atau penguasa gres di kerajaan Gowa Tallo. Batu ini masih insitu atau berada di daerah aslinya, yakni di tenggara kompleks pemakaman Tamalate.

Kesultanan Makassar atau biasa disebut Kerajaan Gowa Tallo yaitu kerajaan bercorak Islam  15 Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo, Gambar, dan Keterangannya

3. Masjid Katangka

Masjid Katangka atau sekarang disebut masjid Al-Hilal yaitu masjid peninggalan Kerajaan Gowa Tallo yang diperkirakan dibangun pada tahun 1603. Masjid ini secara administratif sekarang terletak di Desa Katangka, Kec. Somba Opu, Gowa, tak jauh dari kompleks pemakaman Sultan Hassanudin. Nama Katangka diyakni berasal dari nama materi pembuatannya yaitu kayu Katangka.

4. Kompleks Makam Katangka

Di areal masjid Katangka, terdapat sebuah kompleks pemakaman dari mendiang keluarga dan keturunan raja-raja Gowa, termasuk makam Sultan Hasanuddin. Makam raja-raja sanggup dikenali dengan gampang alasannya yaitu diatapi dengan kubah. Sementara makam pemuka agama, kerabat, serta keturunan raja hanya ditandai dengan kerikil nisan biasa. [Baca Juga : Peninggalan Kerajaan Banten]

5. Makam Syekh Yusuf

Syekh Yusuf yaitu ulama besar yang hidup di zaman kolonial Belanda. Pengaruhnya yang sangat besar bagi perlawanan rakyat Gowa Tallo terhadap penjajah, menciptakan Belanda mengasingkannya ke Srilanka, lalu ke Cape Town, Afrika Selatan. Jenazahnya sesudah beberapa tahun lalu dikembalikan ke Makassar dan dimakamkan di sana, tepatnya di dataran rendah Lakiung sebelah barat Masjid Katangka.

Nah, demikianlah beberapa peninggalan Kerajaan Gowa Tallo lengkap dengan gambar dan keterangannya. Semoga sanggup membantu pekerjaan rumah Anda dan sanggup menambah wawasan sejarah kita semua.

Jumat, 20 Mei 2016

15 Peninggalan Kerajaan Kalingga Dalam Bentuk Candi Dan Prasasti

Kerajaan Kalingga atau Ho-ling merupakan sebuah kerajaan Hindu yang sempat berdiri pada masa ke 6 Masehi di Jawa Tengah. Meski letak persisnya belum diketahui, beberapa mahir memperkirakan kerajaan ini berdiri di sekitar tempat antara perbatasan Kabupaten Pekalongan dan Jepara. Sedikitnya sumber sejarah dan peninggalan Kerajaan Kalingga menjadi pembatas sulitnya para mahir mengungkap keadaan kerajaan ini di masa silam. Pada artikel kali ini kita akan membahas perihal sumber-sumber sejarah tersebut beserta peninggalan berupa candi, prasasti, atau arca dari peradaban kerajaan Kalingga yang masih tersisa sampai dikala ini.

Peninggalan Kerajaan Kalingga

Sumber sejarah Kerajaan Kalingga sangatlah terbatas. Rujukan utama yang dipakai para mahir mengungkapkan keadaan kerajaan ini yaitu catatan seorang pengembara dari Dinasti Tang berjulukan I-Tsing. Selain catatan-catatan I-Tsing, beberapa peninggalan ibarat candi, arca, dan prasasti juga menjadi patokan dalam mengungkap keberadaan dan keadaan kerajaan ini di masa silam.

ling merupakan sebuah kerajaan Hindu yang sempat berdiri pada masa ke  15 Peninggalan Kerajaan Kalingga dalam Bentuk Candi dan Prasasti

1. Prasasti Tukmas

Peninggalan Kerajaan Kalingga yang pertama yaitu prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Kecamatan Grabak, Magelang – Jawa Tengah. Prasasti Tukmas bertuliskan karakter Pallawa dan berbahasa Sansekerta lengkap dengan pahatan beberapa gambar.

Prasasti Tukmas berisi perihal kabar adanya sungai di lereng Gunung Merapi yang airnya jernih, ibarat mirip ajaran sungai Gangga di India. Adapun gambar-gambar yang termuat di dalamnya yaitu gambar trisula, kapak, kendi, cakra, kelasangka, dan bunga teratai. Gambar-gambar tersebut menjadi bukti bahwa kerajaan Kalingga mempunyai korelasi dekat dengan kebudayaan Hindu dari India.

Letak inovasi prasasti Tukmas yang cukup jauh dari asumsi ibukota kerajaan juga menandakan bahwa cakupan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Kalingga cukup luas.

2. Prasasti Sojomerto

Prasasti Sojometro yaitu prasasti peninggalan Kerajaan Kalingga yang titemukan di wilayah Kabupaten Batang. Dinamakan Sojometro alasannya yaitu prasasti ini ditemukan sempurna di dusun yang berjulukan Sojomerto.

Prasasti Sojomerto bertuliskan karakter Kawi dan berbahasa Melayu Kuno. Dengan wujudnya ini, para mahir memperkirakan bahwa prasasti Sojomerto dibentuk pada masa ke 7 Masehi.

Isi prasasti Sojomerto menceritakan perihal kondisi keluarga kerajaan Kalinga. Salah satu perihal pendiri kerajaan yang berjulukan Dapunta Sailendra. Dari nama tersebut, diperkirakan pendiri Kalingga berasal dari garis keturunan Dinasti Sailendra, penguasa Kerajaan Mataram Kuno di masa sebelumnya.

3. Prasasti Upit

Prasasti Upit yaitu sebuah prasasti yang ditemukan di Desa Ngawen, Kec. Ngawen – Kab. Klaten. Isi prasasti ini menceritakan perihal adanya sebuah kampung, berjulukan kampung upit yang menjadi tempat perdikan (bebas pajak) alasannya yaitu anugerah dari ratu Shima. Saat ini, prasasti upit disimpan di Museum Purbakala, Jawa Tengah di Prambanan, Klaten.

Selain meninggalkan beberapa prasasti, Kerajaan Kalingga juga meninggalkan bangunan Candi. Ada 2 candi peninggalan Kerajaan Kalingga, yaitu candi Angin dan candi Bubrah. Baca Juga  : Peninggalan Kerajaan Kediri .

4. Candi Angin

Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kec. Keling, Jepara – Jawa Tengah. Dinamakan candi angin yaitu alasannya yaitu candi ini berdiri di atas tempat yang cukup tinggi, kendati terpaan angin sangat kencang dari waktu ke waktu, candi ini tidak rubuh dan justru tetap kokoh.

ling merupakan sebuah kerajaan Hindu yang sempat berdiri pada masa ke  15 Peninggalan Kerajaan Kalingga dalam Bentuk Candi dan Prasasti

Dari analisa karbon, diperkirakan candi angin dibangun pada masa sebelum pembangunan Candi Borobudur. Tidak terdapatnya ornamen-ornamen Hindu Budha menciptakan candi ini diperkirakan dibangun sebelum kebudayaan Hindu Budha berbaur dengan kebudayaan orisinil masyarakat Jawa.

ling merupakan sebuah kerajaan Hindu yang sempat berdiri pada masa ke  15 Peninggalan Kerajaan Kalingga dalam Bentuk Candi dan Prasasti

5. Candi Bubrah

Candi Bubrah ditemukan di lokasi sekitar candi angin. Dinamakan candi Bubrah alasannya yaitu pada dikala ditemukan, kondisi candi ini sudah luluh lantah (Jawa : Bubrah). Dari arsitektur dan gaya bangunannnya, candi ini diperkirakan dibentuk pada sekitar masa ke 9 Masehi dengan bercorak kebudayaan Budha. Candi yang dibentuk dari materi kerikil andesit ini berukuran 12 meter x 12 meter. Saat ditemukan reruntuhan yang tersisa tingginya hanya sekitar 2 meter saja.

Demikian sekilas pemaparan kami mengenai beberapa peninggalan Kerajaan Kalingga, baik yang berupa candi maupun yang berupa prasasti. Meski tidak menguak banyak hal perihal sejarah Kerajaan Kalingga, peninggalan-peninggalan tersebut sampai sekarang masih dirawat dan terus dipelihara sebagai warisan budaya untuk generasi Indonesia yang selanjutnya.

Kamis, 19 Mei 2016

8 Peninggalan Kerajaan Banten, Gambar Dan Keterangannya

PENINGGALAN Kerajaan Banten yakni salah satu Kerajaan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1526 di ujung Barat pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh putra Sunan Gunung Jati, yakni Sultan Maulana Hasanudin sehabis melaksanakan penaklukan atas wilayah di sekitar Selat Sunda. Selama 3 kala berdiri, kerajaan Banten mencapai kejayaan yang luar biasa sebelum balasannya Belanda tiba dan membuat perang saudara sampai menyebabkan keruntuhan kerajaan ini. Selama 3 kala berkuasa itu pula, Kerajaan Banten meninggalkan beberapa peninggalan sejarah. Berikut ini akan kami jelaskan peninggalan Kerajaan Banten tersebut, lengkap dengan gambar dan keterangannya.

Peninggalan Kerajaan Banten

Sebagai kerajaan yang pernah menjadi poros maritim pelayaran di Nusantara, Kerajaan Banten sebenarnya telah meninggalkan beberapa bangunan bersejarah. Akan tetapi, alasannya konflik yang terjadi antara kerajaan dengan pemerintah kolonial atau konflik antar pembesar kerajaan di masa silam, banyak di antara peninggalan Kerajaan Banten tersebut yang hancur dan dihancurkan.

 yakni salah satu Kerajaan bercorak Islam yang berdiri pada tahun  8 Peninggalan Kerajaan Banten, Gambar dan Keterangannya

1. Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten yakni salah satu bangunan peninggalan Kerajaan Banten yang sampai kini masih berdiri kokoh. Masjid ini terletak di Desa Banten Lama, 10 km utara Kota Serang. Dibangun pada tahun 1652 sempurna di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin, putera pertama Sunan Gunung Jati, masjid ini mempunyai beberapa keunikan corak. Keunikan corak masjid Agung Banten di antaranya menaranya berbentuk seakan-akan mercusuar, atapnya ibarat atap dari pagoda khas gaya arsitektur China, ada serambi di kiri kanan bangunan, serta kompleks pemakaman sultan Banten beserta keluarganya di sekitar kompleks masjid.

2. Istana Keraton Kaibon Banten

Peninggalan Kerajaan Banten selanjutnya yakni bangunan istana Kaibon. Istana ini dulunya yakni kawasan tinggal ibunda Sultan Syaifudin, yakni Bunda Ratu Aisyah. Akan tetapi, dikala ini bangunan istana tersebut sudah hancur dan hanya sanggup dilihat reruntuhannya saja. Pada dikala kerajaan Banten bentrok dengan pemerintah kolonial Belanda pada 1832, Daendels –Gubernur Hindia Belanda, meruntuhkan bangunan bersejarah ini.

3. Istana Keraton Surosowan Banten

Selain istana Keraton Kaibon, Kerajaan Banten di masa silam juga meninggalkan bangunan istana lainnya, yaitu istana Keraton Surosawan. Istana ini yakni kawasan tinggal dari Sultan Banten dan menjadi kantor sentra kepemerintahan. Nasib istana Keraton Surosawan juga sama dengan Keraton Banten, hancur luluh. Saat ini tinggal kepingan-kepingan reruntuhannya saja yang sanggup kita lihat bersama bangunan kolam pemandiaan para putri.

 yakni salah satu Kerajaan bercorak Islam yang berdiri pada tahun  8 Peninggalan Kerajaan Banten, Gambar dan Keterangannya

4. Benteng Speelwijk

Sebagai poros utama maritim nusantara di masa silam, kerajaan Banten juga meninggalkan bangunan berupa benteng dan mercusuar. Benteng dengan tembok setinggi 3 meter ini berjulukan Benteng Speelwijk. Dibangun tahun 1585, benteng peninggalan Kerajaan Banten ini berfungsi selain sebagai pertahanan kerajaan dari serangan bahari juga berfungsi untuk mengawasi aktifitas pelayaran di sekitar Selat Sunda. Di dalam benteng ini terdapat beberapa meriam kuni dan sebuah terowongan yang menghubungkan antara benteng dan keraton Surosowan. [BACA JUGA : Peninggalan Kerajaan Kediri]

5. Danau Tasikardi

Di sekirar istana Kaibon, kita juga sanggup menemukan sebuah danau buatan. Danau tersebut berjulukan Tasikardi. Danau ini dibentuk dikala masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf, yakni antara tahun 1570 sd 1580. Dahulunya, dasar danau seluas 5 hektar ini dilapisi dengan ubin dan kerikil bata. Kendati begitu, kini luas danau tersebut telah menyusut dan lapisan kerikil bata di dasarnya telah tertimbuh tanah sedimen yang terbawa arus sungai. Danau Tasikardi pada masa silam berfungsi sebagai sumber utama pasokan air bagi keluarga kerajaan yang tinggal di istana Kaibon serta sebagai saluran irigasi untuk persawahan di sekitar Banten.

6. Vihara Avalokitesvara

Meski Kesultanan Banten berazaskan atas Islam, toleransi dari penduduk dan pemimpinnya dalam beragama terbilang sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan sejarah yang berupa bangunan Vihara, kawasan ibadah umat Budha. Vihara peninggalan Kerajaan Banten tersebut berjulukan Avalokitesvara. Hingga kini, kita masih sanggup melihatnya. Yang unik, di dinding vihara ini kita juga sanggup melihat relief dongeng legenda siluman ular putih yang melegenda itu.

 yakni salah satu Kerajaan bercorak Islam yang berdiri pada tahun  8 Peninggalan Kerajaan Banten, Gambar dan Keterangannya

7. Meriam Ki Amuk

Di dalam bangunan benteng Speelwijk terdapat beberapa senjata berupa meriam. Di antara meriam-meriam tersebut yang terbesar dan terunik dinamai meriam Ki Amuk. Dinamakan demikian alasannya meriam ini terbilang mempunyai daya ledak tinggi dan tembakan yang jauh. Konon, meriam ini merupakan hasil rampasan dari pemerintah Kolonial Belanda dikala masa peperangan.

8. Peninggalan Lainnya

Selain peninggalan-peninggalan di atas, Kerajaan Banten juga mempunyai beberapa peninggalan lainnya yang berupa aksesoris. Di antaranya yakni mahkota binokasih, keris panunggul naga, dan keris naga sasra. Keberaadaan benda-benda bersejarah tersebut sampai kini masih terawat rapi di Museum Kota Banten.

Nah, demikianlah beberapa benda peninggalan Kerajaan Banten yang menjadi bukti kekuasaan atas tanah Banten di masa silam. Semoga sanggup membantu kiprah sekolah Anda. Salam!

Rabu, 18 Mei 2016

20 Peninggalan Kerajaan Kediri Dalam Bentuk Candi, Prasasti, Kitab, Dan Arca

Kerajaan Kediri ialah salah satu kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Timur. Kerajaan ini mempunyai nama lain, yaitu Kadiri atau Panjalu. Sejak berdiri pada tahun 1042 dan runtuh pada tahun 1222, kerajaan yang berpusat di kota Daha ini meninggalkan beberapa benda bersejarah, baik berupa candi, prasasti, arca, sampai kitab-kitab sastra. Apa saja peninggalan Kerajaan Kediri tersebut? Bagaimana sejarah penemuannya? Untuk tahu jawabannya, silakan simak pemaparan berikut!

Candi Peninggalan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri telah meninggalkan beberapa bangunan candi. Candi-candi tersebut mempunyai corak khas budaya Hindu. Berikut ini ialah beberapa candi peninggalan Kerajaan Kediri tersebut:

 ialah salah satu kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Timur 20 Peninggalan Kerajaan Kediri dalam Bentuk Candi, Prasasti, Kitab, dan Arca

1. Candi Penataran

Salah satu candi peninggalan sejarah kerajaan Kediri yang sampai ketika ini sanggup kita temukan ialah Penataran. Candi ini letaknya berada di lereng Gunung Kelud potongan Barat Daya, tepatnya di utara Kota Blitar. Candi penataran ialah candi termegah di Jawa Timur. Dari prasasti yang ditemukan di lokasi penggalian candi, diketahui bahwa candi ini dibangun ketika masa kepemerintahan Raja Srengga sampai kepemerintahan Raja Wikramawardhana atau sekitar kala ke 12 sampai 14 Masehi.

 ialah salah satu kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Timur 20 Peninggalan Kerajaan Kediri dalam Bentuk Candi, Prasasti, Kitab, dan Arca Candi Penataran, Candi Gurah, dan Candi Tondowongso

2. Candi Tondowongso

Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya ialah Candi Tondowongso. Candi ditemukan di Desa Gayam, Kec. Gurah, Kediri-Jawa Timur pada tahun 2007. Berdasarkan gaya dan bentuk arca yang ditemukan di sekitar candi, diketahui bahwa candi ini dibangun pada kala ke 9, sempurna pada masa awal perpindahan sentra politik dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Kendati dianggap sebagai inovasi sejarah terbesar di kala modern, kondisi candi Tondowongso dan kompleks di sekitarnya sampai sekarang masih memprihatinkan dan belum menerima perhatian dari pemerintah.

3. Candi Gurah

Selanjutnya ialah Candi Gurah. Candi ini ditemukan di Kec. Gurah, Kediri Jawa Timur.
Candi peninggalan Kediri selanjutnya ditemukan di Kecamatan Kediri, Jawa Timur pada tahun 1957. Letak candi Gurah berada persis 2 km dari situs candi Tondowongso. Dari pondasinya, diketahui bahwa candi ini berukuran 9 meter x 9 meter.

 ialah salah satu kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Timur 20 Peninggalan Kerajaan Kediri dalam Bentuk Candi, Prasasti, Kitab, dan Arca Candi Mirigambar

4. Candi Mirigambar

Candi Mirigambar ialah candi peninggalan Kerajaan Kediri yang ditemukan di lapangan desa Mirigambar, Kec. Sumbergempol, Tulungagung – Jawa Timur. Candi ini diperkirakan dibangun pada tahun 1214 – 1310 Saka. Strukturnya terbuat dari kerikil bata merah, menyerupai halnya kebanyakan candi-candi yang ada di Jawa Timur. Seorang petinggi desa Mirigambar pada 1965 melindungi candi ini dari agresi ikonoklastik sehingga sampai sekarang candi ini masih sanggup kita temukan.
Aksi Ikonklastik ialah agresi penghancuran ikon-ikon budaya yang dianggap sebagai berhala.

5. Candi Tuban

Berbeda dengan nasib Candi Mirigambar, candi Tuban sekarang telah luluh lantah dan hanya tersisa pondasinya saja. Candi yang berjarak 500 meter dari letak Candi Mirigambar ini ketika ini telah ditimbun kembali oleh tanah sebab sudah tidak dimungkinkan lagi untuk dibangun.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Kediri

Selain candi, kerajaan Kediri juga meninggalkan beberapa prasasti sebagai catatan dan jejak sejarah atau peringatan terhadap suatu kejadian. Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Kediri tersebut antara lain:

 ialah salah satu kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Timur 20 Peninggalan Kerajaan Kediri dalam Bentuk Candi, Prasasti, Kitab, dan Arca Prasasti Kamulan, Prasasti Galunggung, Prasasti Jaring, Prasasti Panumbangan, dan Prasasti Talan

1. Prasasti Kamulan

Prasasti Kamulan ditemukan di Desa Kamulan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini dibentuk pada tahun 1116 Saka (1194 M) sempurna pada masa kepemimpinan Raja Kertajaya. Isi prasasti ini ialah keterangan berdirinya Kabupaten Trenggalek, yakni pada Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194.

2. Prasasti Galunggung

Prasasti Galunggung ditemukan di Rejotangan, Tulung Agung. Prasasti yang mempunyai dimensi 160x80x75 cm ini bertuliskan huruf Jawa Kuno dengan total 20 baris, kendati begitu abjad yang terpahat dalam prasasti ini sudah sangat sulit dibaca. Hanya potongan tahunnya saja yang masih sanggup diketahui, yaitu bertuliskan tahun 1123 Saka.

3. Prasasti Jaring

Prasasti Jaring ialah prasasti yang dibentuk pada tanggal 19 November 1181. Isi dari prasasti ini ialah keterangan perihal pengabulan keinginan penduduk dukuh Jaring melalui senapatinya, Sarwajala. Keinginan tersebut berupa suatu impian yang belum diwujudkan raja sebelumnya. Dalam prasasti Jaring, diketahui bahwa para pejabat kediri memilki gelar atau sebutan memakai nama hewan, menyerupai Lembu Agra, Menjangan Puguh, dan Macan Kuning.

4. Prasasti Panumbangan

Prasasti Panumbang ialah prasasti peninggalan kerajaan Kediri yang dibentuk oleh 2 Agustus 1120. Prasasti ini dikeluarkan oleh Maharaja Bameswara. Isinya ialah berupa penetapan desa Panumbang menjadi sima swatantra (desa bebas pajak).

5. Prasasti Talan

Prasasti Talan ditemukan di Desa Gurit, Blitar – Jawa Timur. Prasasti yang dibentuk pada tahun
1058 Saka (1136 Masehi) ini, berisi perihal penetapan masuknya Desa Talan ke dalam wilayah Panumbang yang bebas pajak. Prasasti ini dilengkapi dengan pahatan Garudhamukalanca, pahatan berbentuk badan insan bersayap dengan kepala Garuda.

Selain prasasti-prasasti tersebut, kerajaan Kediri juga meninggalkan beberapa prasasti lainnya. Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri tersebut di antaranya yaitu:
  1. Prasasti Sirah Keting berisi perihal tunjangan tanah dari Raja Jayawarsa pada rakyat desa Sirah Keting sebab jasa-jasanya terhadap kerajaan Kediri.
  2. Prasasti Kertosono berisi perihal duduk perkara keagamaan. Prasasti ini berasal dari masa kepemerintahan Raja Kameshwara.
  3. Prasasti Ngantang berisi perihal tunjangan tanah bebas pajak oleh Jayabaya pada Desa Ngantang sebab jasa-jasa rakyat Desa yang telah mengabdi pada Kerajaan Kediri.
  4. Prasasti Padelegan isinya mengenang bakti penduduk Desa Padelegan pada Raja Kameshwara.
  5. Prasasti Ceker berisi perihal anugerah dari raja pada penduduk Desa Ceker yang telah mengabdi demi kemajuan Kediri.

Kitab Peninggalan Kerajaan Kediri

Kediri juga mempunyai banyak sastrawan handal. Para sastrawan ini telah menciptakan beberapa kitab sastra, diantaranya ialah kitab Kakawin Bharatayudha, Kitab Kresnayana, Kitab Sumarasantaka, Gatotkacasraya, dan kitab Smaradhana.

1. Kitab Kakawin Bharatayudha

Kitab Kakawin Bharatayudha dikarang oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Isinya menceritakan kisah usaha raja Jenggala, Jayabaya yang berhasil menaklukkan Panjalu. Kisah usaha raja Jayabaya ini dianalogikan dengan kisah peperangan antara Kurawa dan Pandawa dalam kisah Mahabrata.

2. Kitab Kresnayana

 ialah salah satu kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Timur 20 Peninggalan Kerajaan Kediri dalam Bentuk Candi, Prasasti, Kitab, dan Arca
Kitab Kresnayana dikarang oleh Empu Triguna. Isinya menceritakan riwayat hidup Kresna, seorang anak yang mempunyai kekuatan sangat luar biasa dan namun suka menolong orang lain. Kresna sangat disukai orang-orang diceritakan secara runut sampai ia menikah dengan Dewi Rukmin.

3. Kitab Sumarasantaka

Kitab Sumarasantaka dikarang oleh Empu Monaguna. Isinya menceritakan kisah kutukan Harini, seorang bidadari khayangan yang telah melaksanakan kesalahan. Harini dikutuk menjadi manusia. Ia tinggal di bumi untuk beberapa usang sampai masa kutukannya selesai.

4. Kitab Gatotkacasraya

Ktab Gatotkacasraya dikarang oleh Empu Panuluh. Isinya menceritakan kisah kepahlawanan Gatotkaca yang berhasil mempersatukan putra Arjuna, yakni Abimayu dengan Siti Sundhari.

5. Kitab Smaradhana

Kitab smaradhana dikarang oleh Empu Dharmaja. Isinya menceritakan kisah Dewa Kama dan Dewi Ratih, sepasang suami istri yang hilang secara misterius sebab terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa.

Nah, demikianlah beberapa peninggalan kerajaan Kediri baik dalam bentuk Candi, Prasasti, Kitab maupun Arca. Semoga daftar peninggalan dari mahsyurnya kerajaan Kediri di masa silam ini sanggup membantu menambah wawasan sejarah Anda. Daftar ini akan terus diupdate seiring dengan ditemukannya informasi terbaru.

Isi Prasasti Ciaruteun Peninggalan Kerajaan Tarumanegara + Gambar

Prasasti Ciaruteun yaitu salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di sekitar tepi sungai Ciaruteun, Kabupaten Bogor – Jawa Barat. Prasasti yang berbentuk bongkahan watu besar ini diperkirakan terbawa oleh arus sungai beberapa meter dari letak awalnya, sehingga ketika ditemukan prasasti ini dalam keadaan terbalik.

Prasasti Ciaruteun mempunyai nama lain yaitu Prasasti Ciampea. Prasasti ini berisi beberapa pesan perihal kepemerintahan kerajaan Tarumanegara di masa silam. Apa saja pesan dan isi prasasti Ciaruteun itu? Ketahui jawabannya berikut ini.

Prasasti Ciaruteun

Sebelum membahas perihal sejarah dan isinya, alangkah lebih baik terlebih dahulu Anda memperhatikan gambar Prasasti Ciaruteun di bawah ini!

prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara Isi Prasasti Ciaruteun Peninggalan Kerajaan Tarumanegara + Gambar

Sejarah Ditemukan

Prasasti Ciaruteun pertama kali ditemukan pada tahun 1863 oleh pemimpin Bataaviash Genootscap van Kunsten en Wetenscappen (saat ini Museum Nasional) di tepi sungai Ciaruteun, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor - Jawa Barat. Letak inovasi prasasti ini secara geografis terletak pada koordinat 6°31’23,6” LS dan 106°41’28,2” BT.

Saat ditemukan, prasasti ini berada dalam kondisi terbalik sehingga letak pahatan tulisannya menghadap ke tanah. Karena hal inilah maka orang-orang yang tinggal di sekitar sungai Ciaruteun menganggap bahwa prasasti tersebut yaitu watu biasa.

prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara Isi Prasasti Ciaruteun Peninggalan Kerajaan Tarumanegara + Gambar

Terbaliknya posisi prasasti Ciaruteun diperkirakan terjadi akhir terjangan banjir. Karena arus sungai yang deras, prasasti lalu hanyut beberapa meter dari posisinya yang semula.

Pada tahun 1903, prasasti Ciaruteun lalu dikembalikan ke posisinya yang semula. Kemudian, dengan pertimbangan keamanan dan akomodasi perawatan, Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengangkat dan memindahkan prasasti ini ke Museum Nasional di Jakarta.

Isi Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun ditulis dalam bentuk seloka dengan beraksarakan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam prasasti ini juga terdapat sepasang pahatan telapak kaki, gambar umbi, sulur-suluran (pilin), dan laba-laba. Irama atau metrum Anustubh dalam seloka prasasti ini terdiri atas empat baris. dan dengan pahatan yang isi tulisannya adalah:

Vikkrantasyavanipat eh
Srimatah purnnavarmmanah
Tarumanagarendrasya
Visnoriva padadvayam

Setelah diterjemahkan, goresan pena dalam prasasti Ciaruteun mempunyai arti sebagai berikut:
“Inilah tanda sepasang telapak kaki menyerupai kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnawarmman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.

prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara Isi Prasasti Ciaruteun Peninggalan Kerajaan Tarumanegara + Gambar

Dari terjemahan isi prasasti Ciaruteun di atas, kita sanggup menyimpulkan beberapa hal, di antaranya:
  1. Cap telapak kaki Purnnawarmman yang terdapat pada prasasti melambangkan bahwa tempat tempat ditemukannya prasasti tersebut termasuk tempat kekuasaan Tarumanegara.
  2. Kemudian isi goresan pena prasasti menegaskan bahwa raja Purnawarman yaitu raja yang baik yang sanggup mengayomi dan melindungi rakyatnya menyerupai halnya tuhan Wisnu. Diperkirakan ketika pemerintahan Purnawarman yaitu masa kejayaan dari Kerajaan Tarumanegara.
  3. Irama (anustubh) yang dipakai dalam prasasti mempunyai kesamaan dengan prasasti Yupa yang ditemukan di Kutai. Hal ini menegaskan bahwa kebudayaan yang berkembang di Kerajaan Kutai dan Tarumanegara mempunyai kesamaan.
  4. Nama Purnawarman yang diakhiri dengan kata “Warman” sama menyerupai raja-raja Kerajaan Kutai, yakni Mulawarman dan Asmawarman. Hal ini semakin mempertegas bahwa budaya Hindu di tanah Jawa, khususnya di Jawa Barat dan budaya Hindu di Kalimantan pada masa silam yaitu dua budaya yang sama.

Nah, demikianlah pemaparan mengenai isi prasasti Ciaruteun lengkap dengan gambar dan sejarah penemuannya. Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan sejarah kita semua terkait imbas budaya Hindu Budha di Indonesia pada masa silam.

Selasa, 17 Mei 2016

Isi Prasasti Telaga Kerikil Peninggalan Kerajaan Sriwijaya + Gambar

Prasasti telaga batu ialah salah satu prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1935 di Kelurahan Tiga Ilir, Kecamatan Ilir Timur 2, Palembang Sumatera Selatan, tepatnya di sekitar bak Telaga Biru (Saboking). Prasasti yang ketika ini disimpan di Museum Gajah ini menyimpan beberapa fakta sejarah ihwal Kerajaan Sriwijaya di masa silam. Apa saja fakta dan isi prasasti Telaga Batu peninggalan kerajaan Sriwijaya ini? Cari tahu jawabannya dengan menyimak artikel berikut!

Prasasti Telaga Batu

 Prasasti yang ketika ini disimpan di Museum Gajah ini menyimpan beberapa  Isi Prasasti Telaga Batu Peninggalan Kerajaan Sriwijaya + Gambar
Prasasti Telaga Batu dibentuk dari materi watu andesit dengan hiasan 7 kepala kobra di bab atasnya dan pahatan berbentuk pancuran di bab bawahnya. Tulisan dalam prasasti Telaga Batu terdiri atas 28 baris bertuliskan aksara palawa dan berbahasa Melayu Kuno. Dari bentuk fisik dan jenis bahasa yang digunakan, diperkirakan oleh JG. De Casparis –seorang arkeolog berkebangsaan Belanda, prasasti ini ialah prasasti yang dibentuk pada pertengahan masa ke 7 Masehi. Berikut ini ialah gambar dari prasasti tersebut!

Isi Prasasti Telaga Batu

Secara fisik, prasasti Telaga watu mempunyai ukuran lebar 148 cm dan tinggi sekitar 188 cm. Isinya ialah ihwal peringatan atau bahaya bagi siapa saja, baik pembesar kerajaan maupun rakyat jelata yang tidak patuh terhadap perintah sang Raja. Berikut ini ialah
Isi: Om! sidham titam hamwan, wari awai kandra, kayet nipaihumpa, an amuha ulu lawan tandrum, luah makamatai tandrun, luah an hakairu, luah kayet nihumpa, unai umentem bhakti ni ulun haraki, unai tunai kau wanak mamu rajaputra, prostara, bhupati, senopati, nayaka, pratyaya, haji pratyaya, dandanayaka, murddhaka tuha an tabiat wuruh, addhyaksi nijawarna, vasikarana, kumaramatya, cathabhata, adhikarana, karmma, kayastha, sthapaka, puhawan, waniyaga, pratisara, da kau marsi haji, hulun hajo, wanak mamu uram niwunuh sumpah dari mammam, kau kadaci kau tida bhakti, dyaku niwunuh, kau sumpah tuwi mulam kadasi, kau drohaka, wanun luwi yam marwuddhi.

Terjemahan: Om! Semoga berhasil. Kamu semua berapapun banyaknya, putra raja, bupati, panglima, tokoh lokal terkemuka, bangsawan, bawahan raja, hakim, pemimpin para buruh, pengawas pekerja rendah, andal senjata, kumaramatya, tentara, pejabat pengelola, karyawan toko, pengrajin, nakhoda, pedagang, pelayan raja dan budak raja. Kamu semua akan mati alasannya ialah kutukan ini, bila kau tak setia pada ku, bila kau berlaku sebagai penghianat, berkomplot dengan orang-orang dalam kejahatan.
Dari isi dan terjemahan dari pahatan yang tertulis di prasasti telaga watu di atas, Coedes menyimpulkan bahwa letak inovasi prasasti ini ialah lokasi yang berdekatan dengan ibukota Kerajaan Sriwijaya di masa silam. Prasasti ini sengaja dibentuk di lokasi tersebut semoga selalu sanggup dilihat oleh para pembesar kerajaan yang bermukim di sekitarnya.

Selain itu, prasasti telaga watu tersebut juga menandakan bahwa kerajaan Sriwijaya murni merupakan kerajaan yang berlandaskan ajaran Budha. Salam pembuka dalam isi prasasti tersebut identik dengan salam yang selalu diucapkan umat Budha.

 Prasasti yang ketika ini disimpan di Museum Gajah ini menyimpan beberapa  Isi Prasasti Telaga Batu Peninggalan Kerajaan Sriwijaya + Gambar

Prasasti Telaga Batu Saat Ini

Prasasti Telaga Batu ketika ini telah dipindahkan dari daerah asal penemuannya ke Museum Nasional (Museum Gajah) dengan nomor inventaris D.155. Jika Anda ingin melihat bagaimana bentuk orisinil dari prasasti ini, silakan tiba ke museum Nasional yang alamatnya berada di Jl. Medan Merdeka Barat No. 12, Jakarta Pusat.

Nah, demikianlah sekilas uraian mengenai Prasasti Telaga Batu lengkap dengan gambar dan isinya. Semoga Anda semakin mengasihi sejarah budaya bangsa Indonesia. Salam.